Books that Will Bring Light in Your Darkets Days

Artikel ini terinspirasi dari postingan Epic Reads yang pernah aku baca beberapa waktu yang lalu dan jadi kepikiran pengen bikin rekomendasi buku dengan tema serupa versiku sendiri.

Buku-buku yang akan kusebutkan nantinya merupakan buku-buku yang menurutku pribadi cocok untuk dibaca ketika kalian membutuhkan penghiburan saat melalui hari yang sulit karena bukunya yang ringan, menghibur dan memberikan tawa, sekaligus dapat menentramkan hati.

Aku harap buku-buku yang udah aku pilih dengan sepenuh hati ini bisa menemani kalian dalam melewati hari-hari yang mungkin terasa berat dan dapat mengobati perasaan kalian jadi sedikit lebih baik.

  1. A Stepmother’s Marchen oleh Orka

My latest favorite!❤

A Stepmother’s Marchen merupakan salah satu komik yang beneran bikin aku ketawa karena kekonyolan karakter-karakternya serta gambarnya yang juga memeable abis~~.

Walaupun sebenarnya komik ini nggak secara spesifik bergenre komedi karena lebih berfokus pada kisah fantasi yang dialami oleh Shuri serta drama dalam keluarga Neuschwanstein, namun menurutku bagian lucunya tetap bisa dibilang cukup banyak dan menghibur banget.

Konflik cerita dalam web komik ini pun sejujurnya nggak bisa dibilang ringan, terutama di bagian awal sebelum Shuri mengulang kembali kehidupannya.

Tapi percayalah, setelah bagian-bagian flashback itu terlalui, kehidupan anak-anak Neuschwanstein yang bandel dan penuh keabsurdan akan mewarnai hari-hari kalian menjadi lebih cerah.

Kisah kekeluargaan yang diusung pun akan membuat hati kalian luluh dan mudah larut dalam kehangatan keluarga Neuschwanstein yang manis serta menggemaskan.😆💛

Kalian bisa baca sinopsis dan juga review lengkap dari A Stepmother’s Marchen yang pernah aku tulis di sini.

Beginilah salah satu keabsurdan anak-anak Neuschwanstein.
  1. The Comfort Book oleh Matt Haig

Sesuai dengan judulnya, buku ini memang ditulis dengan tujuan untuk memberikan perasaan nyaman kepada para pembaca selama menyelami isinya.

Mungkin sebagian dari kalian sudah nggak asing lagi dengan nama Matt Haig yang juga merupakan penulis dari buku bestseller Reasons to Stay Alive.

Jika dalam buku Reasons to Stay Alive Haig banyak membagikan curhatan-curhatan mengenai pengalamannya selama mengalami depresi sampai akhirnya ia bisa bangkit kembali, The Comfort Book berisikan berbagai macam hal一kutipan, buah pemikiran, kisah inspiratif, dan lain-lain, yang menjadi “reminder” sekaligus motivasi bagi Haig selama menjalani masa-masa sulit tersebut.

Dengan mengumpulkan dan membagikan hal-hal ini melalui buku The Comfort Book, Haig berharap bisa membantu orang lain yang mungkin tengah mengalami hal serupa seperti yang pernah dilaluinya agar bisa terus bertahan hingga saat-saat yang berat itu berhasil terlewati.

Buatku pribadi yang biasanya kurang menyukai buku-buku quotes seperti ini, aku cukup terkejut karena ternyata aku bisa menikmati buku ini.

Menurutku kutipan yang dibagikan oleh Haig nggak terkesan menggurui dan memaksakan kita untuk selalu berpikir positif, namun sebaliknya, kata-kata yang Haig sampaikan seakan menunjukkan bahwa ia memahami kondisi sulit yang dialami oleh para pembaca.

Aku juga suka banget sama kisah-kisah inspiratif yang dipaparkan oleh penulis di dalam buku, terutama kisah mengenai Maya Angelou.

Untuk review lengkapnya, kalian bisa baca di siniii.

  1. Classic Books

Buku klasik selalu jadi jalan pintas andalan buatku pribadi ketika aku membutuhkan bacaan yang ringan dan menenangkan.

Kisah yang nggak memiliki banyak konflik, deskripsi mengenai keindahan alam, serta cerita yang seringkali bertemakan kekeluargaan nggak pernah gagal bikin aku merasa damai, and that’s the reason why I love classic books sooo badly. 😍

Sejauh ini nggak ada sih buku klasik yang nggak aku suka. Yah, walaupun sebenarnya jumlah buku klasik yang udah aku baca juga masih belum seberapa. o u o ✌

But I would love to recommend you to give it a try, if you haven’t read any classic books yet.

Salah satu buku klasik yang menjadi favoritku, yaitu Little Women dan To Kill a Mockingbird.

Sekarang pun aku lagi on going baca The Yearling: Jody dan Anak Rusa yang pernah mendapatkan penghargaan Pulitzer untuk kategori buku fiksi di tahun 1939.

Biasanya aku baca buku ini di waktu sore hari, di mana di daerahku lagi sering hujan (hampir setiap hari) sambil minum teh di pojok kamar dekat jendela.

I don’t know what’s the right word to describe this kind of feeling, tapi rasanya damai dan therapeutic banget. ASLI.

Penggambaran latar hutan di daerah Florida一jajaran pohon-pohon ek, cemara, hammock, dan pinus; semak-semak yang dipenuhi cat-brier; langit biru dengan gumpalan awan kecil seperti bola-bola kapas; aliran sungai jernih dengan bebatuan dan butir-butir pasir yang halus; aduh, bayanginnya aja aku udah bahagia.…😭😭💖

  1. If I Stay oleh Gayle Forman

If I Stay merupakan novel fiksi yang aku baca saat duduk di bangku SMA, and magically, masih berkesan buatku sampai saat ini.

Buku ini menceritakan kisah mengenai tokoh Mia yang sedang berada dalam kondisi koma setelah mobil yang dikendarai oleh keluarganya mengalami kecelakaan.

Ayah dan ibunya meninggal di lokasi kejadian, sedangkan adik laki-lakinya, Teddy, sempat dilarikan ke rumah sakit, meskipun pada akhirnya ia pun nggak bisa diselamatkan.

Jiwa Mia yang tengah berkelana seketika hancur menyaksikan keluarga tercintanya telah meninggalkannya seorang diri yang masih terbaring kaku di atas ranjang rumah sakit.

Tentu saja Mia berniat untuk mengikuti ke tempat keluarganya pergi karena merasa nggak memiliki tujuan hidup lagi.

Namun ia kemudian melihat kakek dan neneknya, serta Adam一kekasihnya, yang berdiri dengan perasaan cemas di samping ranjang rawat inapnya dan tengah menanti Mia untuk bangun dari koma.

Ia pun teringat kembali akan kenangan-kenangan bahagia yang ia miliki bersama mereka, tak terkecuali ingatan akan kecintaan Mia pada alat musik selo.

Mia akhirnya dihadapkan pada dua pilihan sulit, antara kembali pada tubuhnya dan melanjutkan hidup tanpa keluarga yang disayanginya ataukah mengikuti jejak keluarga yang telah meninggal mendahuluinya.

Menurutku buku ini bisa menjadi reminder, bahwa meski kita merasakan kesedihan karena harus kehilangan seseorangl, namun kita juga nggak seharusnya melupakan orang-orang yang masih bertahan bersama kita.

Flashback kenangan-kenangan Mia bersama dengan orang-orang terkasihnya membuatku merasakan kehangatan selama membaca buku ini, sekaligus memberikan perasaan healing karena aku pun pernah hancur ketika harus kehilangan Mama. :’ )

  1. Last Game oleh Shinobu Amano

Aku nggak akan pernah melupakan komik manis ini yang telah mewarnai hari-hari perkuliahanku yang terasa melelahkan.😊💝

Komik ini adalah salah satu hidden gem yang nggak sengaja aku temukan ketika aku masih rajin minjem buku di sebuah rental dekat kampusku dulu.

Last Game menceritakan mengenai sosok Yanagi yang merupakan seorang anak laki-laki kaya, populer, dan juga pintar sehingga ia selalu meraih peringkat 1 di kelasnya.

Namun, predikat juara kelas yang selama ini dimilikinya itu kemudian dirampas oleh Mikoto Kujou yang baru saja pindah ke sekolahnya.

Sejak itulah, Yanagi menganggap Kujou sebagai seorang rival yang harus ia kalahkan.

Kujou sendiri merupakan seorang gadis miskin pendiam yang tinggal bersama ibunya sebagai single parent.

Karena nggak ingin membuat ibunya khawatir, Kujou pun menanamkan kebiasaan sejak ia kecil untuk selalu giat dalam belajar dan juga bekerja, sehingga membuatnya nggak memiliki waktu untuk mencari teman di sekolah.

Meskipun selalu menempuh pendidikan di sekolah yang sama sejak mereka SD, tetapi Kujou baru menyadari eksistensi Yanagi yang menganggapnya sebagai rival saat mereka tergabung dalam klub yang sama di universitas. *laugh in silence 🤣*

Keduanya pun menjadi dekat, di mana Yanagi yang super friendly membantu Kujou yang selama ini nggak memiliki teman untuk mulai bergaul serta mendekatkan diri dengan orang lain.

Yang paling bikin jatuh cinta sama komik ini tuh karena sosok Yanagi, yang kalo menurut istilah anak jaman sekarang “cowo green flag” atau “he’s a 10”. o(〃^▽^〃)o

Mengetahui Kujou yang baru mulai membuka diri, Yanagi nggak pernah terburu-buru untuk menyatakan perasaannya dan menerima setiap proses kedekatan mereka, meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama.

Dan walaupun Yanagi adalah sosok yang populer, tapi dia nggak malu untuk menunjukkan perhatiannya kepada Kujou sampai-sampai semua orang tuh tahu kalau dia naksir sama Kujou (cuma Kujounya aja yang belum peka 😂).

Selama membaca komik ini bawaannya gemes dan suka salting-salting nggak jelas sendiri di kosan. 🙈

Karena komik ini udah cukup jadul, aku kurang tahu apa masih ada yang jual buku cetaknya, tapi kalo nggak masalah baca secara online kalian bisa baca manga Last Game di sini.

♫♫♫♫♫♫

Nah, itulah kelima buku rekomendasi dariku untuk kalian yang mungkin sedang membutuhkan kedamaian melalui bacaan di sela-sela keseharian yang melelahkan.

Apa nih buku healing versi kalian? 👀

Tinggalkan komentar